Pelajaran dari Bobolnya Data Intelijen AS oleh Snowden
10 August 2013 | 7:55 am | Dilihat : 87
Kantor NSA di Arlington, Virginia
Kasus Edward J. Snowden seorang pekerja
kontrak dari National Security Agency (NSA) yang membocorkan rahasia
intelijen Amerika menjadi berita besar dan hangat dikalangan intelijen
dan media. Bak kisah spionase yang sering kita dengar, kasus tersebut
menunjukkan bahwa seketat apapun sebuah kerahasiaan dijaga, rata-rata
badan intelijen serta pejabat pemerintahan dimanapun berada yang
menyimpan dokumen rahasia dalam sebuah sistem teknologi internet tetap
mempunyai kerentanan dan kerawanan. Terlebih apabila data tersimpan
asal-asalan.
Pembocoran rahasia oleh Snowden yang
ditayangkan The Guardian, terjadi kurang dari 24 jam setelah seorang
prajurit Amerika, Bradley Manning pada akhir Juli 2013 dinyatakan
bersalah karena menyerahkan 250.000 dokumen berita dari Deplu dan Dephan
AS kepada WikiLeaks. Dokumen yang dibocorkan Snowden termasuk pedoman
NSA untuk program XKeyscore,yaitu program penjejakan yang canggih,
memungkinkan analis lembaga tersebut untuk memonitor dan melacak
pencarian komunikasi internet di seluruh dunia.
Para pembocor tersebut hanyalah pegawai
kelas bawah. Manning, bertugas di sebuah pos terpencil di Irak, berhasil
men-download kabel berita dari Kedutaan Besar Amerika di Beijing,
kemudian mengirimkan ke WikiLeaks. Sementara Snowden, yang bekerja di
sebuah pangkalan yang kecil di Hawaii, berhasil men-download tanpa
terdeteksi sistem pengamanan intelijen, dokumen-dokumen tentang operasi
pengumpulan bahan intelijen dan keputusan pengadilan rahasia Amerika.
Snowden yang berhasil melarikan diri
dari kejaran aparat keamanan AS, tiba di Bandara Sheremetyevo Moskow
dari Hong Kong pada tanggal 23 Juni, sejak itu, dia tinggal di area
transit bandara dengan persetujuan dari Kremlin. Diperkirakan dia
mendapat persetujuan para pejabat Rusia dalam menunggu proses suaka. Di
area transit tersebut, Snowden mengadakan pertemuan dengan
pengacaranya, Mr Kucherena, beberapa pejabat Rusia dan perwakilan dari
organisasi hak asasi manusia.
Rusia pada awal Agustus akhirnya
memberikan suaka sementara untuk Snowden, yang mana keputusan itu
membuat khawatir serta geram pihak AS. Presiden Obama pada hari Rabu
(7/8/2013) menyatakan membatalkan rencana pertemuannya dengan Presiden
Rusia, Putin, yang semula direncanakan awal bulan September di Moskow.
Gedung Putih menyebutnya kurangnya "kemajuan signifikan" pada beragam
isu-isu kritis.
Pengamat menyatakan beberapa isu
kemarahan AS, yaitu ketidak sukaan AS terhadap dukungan Moskow kepada
Presiden Suriah, Bashar Assad dalam perang sipil Suriah. Kedua negara
juga berselisih atas tindakan domestik Rusia pada hak-hak sipil,
perbedaan pendapat dengan rencana pertahanan rudal AS untuk Eropa,
masalah perdagangan, keamanan global, serta persoalan hak asasi
manusia. Menurut pihak Rusia, pembatalan pertemuan pembatalan pertemuan
pembatalan KTT bilateral AS-Rusia, seperti dikatakan penasihat Luar
Negeri Presiden Putin, Yuri Ushakov itu jelas terkait dengan kasus
Snowden, sebuah situasi yang tidak dirancang oleh pihak Rusia.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jay Carney
mengatakan Snowden adalah faktor yang membatalkan pertemuan puncak,
tetapi bukan satu-satunya penyebab. Dikatakannya, AS akan terus menekan
Rusia untuk mengekstradisi Snowden ke Amerika Serikat untuk menghadapi
tuduhan menyebarkan informasi rahasia yang tidak sah ke publik.
Pemerintahan Obama telah menekan Rusia untuk tidak memberikan suaka
kepada Snowden, dan telah mendesak negara-negara lainnya untuk tidak
menerimanya, terutama di Amerika Latin, di mana Venezuela, Bolivia dan
Nikaragua telah mengatakan mereka bersedia untuk memberinya suaka.
Sementara Presiden Vladimir V. Putin,
telah menyatakan posisinya dengan tegas bahwa mereka tidak punya niat
untuk mengekstradisi Snowden ke Amerika Serikat. Putin yang mantan agen
intelijen KGB mengatakan bahwa Snowden adalah hadiah Natal yang tidak
diharapkan, datang dengan sendirinya ke Rusia. Pada saat kembali
berkuasa, Putin dikenal kemudian mengadopsi sikap yang sangat
nasionalistik dan lebih berani bersikap konfrontatif secara terbuka
terhadap Amerika Serikat, dibandingkan presiden sebelumnya Dmitry
Medvedev.
Putin menyatakan bahwa Rusia tidak ingin
hubungannya dengan AS menjadi terganggu, merugikan serta membahayakan
bocornya ionformasi bagi negara AS. Putin juga memberi syarat basa-basi
kepada Snowden bahwa dia harus menghentikan kegiatan politiknya.
Menurut Putin, saat ditanya, Snowden menyatakan, "Tidak, saya ingin
melanjutkan pekerjaan saya. Saya ingin berjuang untuk hak asasi manusia.
Saya percaya bahwa Amerika Serikat melanggar norma-norma tertentu hukum
internasional, mengganggu kehidupan pribadi," katanya.
Snowden kini adalah sumber intelijen
berklasifikasi A-1, nilainya dimata intelijen sangat tinggi, rahasia
yang dimilikinya sangat bernilai. Yang jelas pemerintah AS sangat gundah
dan khawatir dengan terpegangnya Snowden ke pihak Rusia, dengan
memiliki data intelijen yang tak terkira. Sikap marah dan frustrasi
pemerintah AS terlihat dengan pernyataan pembatalan KTT Obama-Putin. Ini
membuktikan bahwa AS sedang menjumpai masalah yang sangat serius. Bagi
Rusia, entah Snowden hanyalah pembelot semata atau mungkin dia adalah
orang yang dibina oleh GRU (Badan Intelijen Rusia), yang pasti Rusia
mendapat ikan yang sangat gemuk tanpa susah payah. Rusia akan mendapat
informasi matang (intelijen) apa materi briefing bagi Presiden Obama,
yang 70 persen bersumber dari NSA.
Dari kasus fatal intelijen Snowden,
pelajarannya lebih terletak pada bagaimana pemerintah AS tergelincir
dalam upayanya untuk melindungi rahasia yang nampaknya sangat sensitif
di era Internet. Dari pernyataan Snowden yang prinsip "Pemerintah AS
telah melanggar norma-norma tertentu hukum internasional, mengganggu
kehidupan pribadi," bisa diperkirakan, akan ada pukulan lanjutan
terhadap pemerintah AS, yang bukan tidak mungkin dapat menggoyahkan
pemerintahan Obama. Bagi Amerika, ada larangan badan intelijennya
melakukan penyadapan terhadap warganya, oleh karena itu kemungkinan
secara tertutup penyadapan dilakukan oleh badan intelijen luar sebagai
mitranya, agar tidak melanggar hukum. Apabila diungkap semuanya oleh
Snowden, nampaknya pemerintahan Obama diperkirakan akan bergetar.
Para agen rahasia selalu mencari dokumen
yang berklasifikasi rahasia/sangat rahasia. Kelemahan sistem
penyimpanan dokumen yang berklasifikasi rahasia kini banyak tersimpan di
internet. Wakil Menteri Pertahanan AS, Ashton B. Carter menyatakan,
bahwa kesalahannya, terdapat sejumlah besar informasi rahasia yang
terkonsentrasi di sebuah tempat. Selain itu kelemahan dimilikinya akses
seseorang untuk mengunduh data rahasia, memberi peluang terjadinya
kebocoran. Seharusnya untuk mengakses sebuah data harus ditangani dua
orang seperti mereka yang duduk di silo nuklir,masing-masing dengan
kunci terpisah yang diperlukan untuk meluncurkan rudal.
Contoh kebocoran lain adalah operasi intelijen CIA dengan drones
(pesawat tanpa awak) yang menyerang tokoh teroris di Pakistan dan
Yaman selalu bocor. Setiap operasi selesai berlangsung, selalu
diberitakan oleh media lokal serta tersebar di twitter tentang korban
sipil. Para pejabat pemerintah di Amerika mengatakan bahwa menanggapi
kerentanan serta kerawanan bocornya data rahasia, Presiden Obama telah
menetapkan kebijakan dan berhasil mengurangi jumlah "rahasia baru"
yang diklasifikasikan oleh pemerintah pada tahun 2012 sebesar 42
persen, menjadi sekitar 72.000 buah dokumen.
Kesimpulannya, Amerika Serikat sebagai
negara yang sangat majupun masih memiliki kerentanan serta kerawanan
dalam menyimpan data rahasia pemerintah serta badan intelijennya.
Kerawanan yang selalu penulis ingatkan, menurut pengertian ilmu
intelijen adalah kelemahan yang apabila dieksploitir oleh lawan akan
menyebabkan ketidak berdayaan bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan
permanen. Oleh karena itu penulis hanya dapat mengingatkan, para pejabat
di Indonesia, khususnya badan intelijen serta pemegang data rahasia
sensitif sebaiknya jangan menyepelekan sistem pengamanan dokumen.
Dalam intelijen terdapat pengamanan,
personil, pengamanan material, pengamanan informasi dan pengamanan
kegiatan. Nah dikaitkan dengan fungsi intelijen, apakah para pejabat
pernah mendapat briefing intelijen soal pengamanan?. Disarankan,
dilakukan pemeriksaan sekuriti terhadap hal-hal tersebut di tiap-tiap
kementerian dan instansi terkait, agar kita tidak kebakaran jenggot
nantinya setelah sekian tahun dokumen rahasianya bocor. Amerika saja
yang demikian super maju kini kebakaran jenggot hanya oleh ulah pegawai
kecilnya. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar