Desain KFX C103-iA
Pihak Korea Selatan pernah menganggap enjinir Indonesia tak mengerti tentang perancangan jet tempur. Tetapi anggapan itu segera berbalik, ketika tim Indonesia memaparkan desain dan berbagai masukan. Pihak Indonesia pula yang akhirnya berhasil menyakinkan bahwa berat lepas-landas pesawat harus sebesar 50.000 pound.
Konfirmasi dari Parlemen Korea Selatan tentang dilanjutkannya program KFX/IFX disambut hangat tim perancang dari Indonesia. Mereka di antaranya meminta kedua pemerintahan segera memanggil para enjinir yang terlibat untuk mempersiapkan pekerjaan yang telah lama tertunda. Mereka juga menginginkan pemerintah kedua negara memastikan satu dari dua desain yang telah dihasilkan dalam Fase Technology Development untuk digarap dalam fase selanjutnya.
Lebih unggul dari Su-35
Program KFX/IFX dihentikan sementara oleh pemimpin baru Korea Selatan, Park Geun-Hye akhir 2012 setelah meninjau kondisi finasial di negaranya. Proyek prestisius ini digarap sejak awal 2011, tak lama setelah Presiden Lee Myung-bak dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengukuhkan kerjasama bilateral di bidang pertahanan di Jakarta. Dari Fase Technology Development yang telah dituntaskan, tim ilmuwan telah menyelesaikan sejumlah desain yang kemudian mengerucut menjadi dua.
KFX C103 single engine
KFX C103 twin engine
Kedua desain itu adalah model jet tempur siluman peraih keunggulan udara bermesin ganda dengan horizontal-tails di belakang, dan satunya lagi dengan canards di depan. “Masing-masing punya konsekuensi pembiayaan dan mitra kerja berbeda. Maka, memang harus diputuskan lebih dulu mana yang dipilih. Ini penting agar manakala dilanjutkan, semua pihak siap mengerjakannya,” terang Rais Zain, yang sehari-hari dosen di Fakultas Teknik Mesin Dirgantara, ITB, Bandung.
Seperti dikemukakan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, Parlemen Korea Selatan telah menyiapkan 20 juta dolar AS (sementara, Indonesia: 5 juta dolar) untuk melanjutkan program ini pada 2015. Saat itu, tim akan masuk ke Fase Engineering Manufacturing Development. Selain harus memiliki mesin dengan tenaga dorong tinggi agar mampu bertarung di udara, pesawat juga harus memiliki persenjataan yang disimpan di dalam internal weapon bay, data-link yang mampu mengacak komunikasi, radar advanced pemilih sasaran, dan perangkat anti-jamming.
Prototipe diharapkan selesai pada akhir Renstra II. Kalau pun ada hal yang perlu dikritisi, itu adalah soal operation requirement yang lebih banyak ditentukan pihak AU Korea. Hal ini tak bisa dielakkan karena Korea menanggung 80 persen pendanaan, dan negeri ini benar-benar memiliki musuh yang nyata. Program ini ditargetkan menelurkan jet tempur dengan performa yang sepadan atau lebih unggul dari jet tempur lawan yang di antaranya adalah Sukhoi Su-35.
Prasyarat tersebut dengan sendirinya menepis desain tandingan yang diajukan KAI (Korean Aerospace Industrie) baru-baru ini, alih-alih untuk memangkas biaya pengembangan yang kelewat besar. Dalam konfigurasinya (lihat Angkasa, Desember 2013), tampak KFX tipe E ini hanya ditenagai satu mesin dengan persenjataan di luar yang rawan sapuan radar lawan.
Angkasa mencermati kekaguman ADD (Agency for Defence Development, Balitbang Pertahanan Korea) yang disampaikan kepada tim enjinir Indonesia. Awalnya, pihak Korea memang sempat menganggap tim Indonesia tak mengerti soal perancangan jet tempur. Namun, anggapan itu berbalik ketika enjinir Indonesia mulai memaparkan desain dan berbagai masukan terhadap desain Korea. Pihak Indonesia pulalah yang akhirnya memastikan bahwa pesawat harus memiliki berat tinggal landas sebesar 50.000 pound.
Seperti diberitakan berbagai media nasional, konfirmasi tentang kelanjutan program pembuatan front-liner jet fighter Korea-Indonesia diterima Kementerian Pertahanan RI pada 3 Januari 2014. Pemberitahuan ini selanjutnya diumumkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan, Rabu, 8 Januari 2014, di sela-sela Rapim Kemenhan di Jakarta. Penjelasan disampaikan terkait paparan rencana pengadaan alut sista dalam Renstra II, 2015-2019.
Pemerintah Indonesia berharap proyek pembuatan jet tempur generasi 4,5 itu bisa terlaksana karena bakal jadi rujukan program alih teknologi untuk melepas ketergantungan dari negara lain.
Desain Pesawat Siluman KFX-C103.
Masa depan Fighter KF-X siluman Korea Selatan berbentuk seperti F-22, rongga senjata dirancang di dalam tubuh pesawat (internal weapon bay) dan dilengkapi dengan sistem radar AESA.
Media Korea Selatan untuk pertama kali memperkenalkan dokumen rencana desain KFX-C103-iA pada bulan Agustus 2013 – sebuah proyek bersama untuk mengembangkan pesawat tempur siluman KF-X. Rencana rinci KFX-C103-iA dirancang atas dasar disain 103 C- Pusat Penelitian dan Pengembangan General CRDC Korea.
Rencana terbaru menunjukkan pejabat Korea Selatan melepas opsi Fighter C-203 dengan canard (pilihan lain dalam proyek KFX) dan melanjutkan pengembangan model C-103 sebagai pesawat tempur generasi siluman.
Fitur baru terbesar dari disain KFX-C103-iA adalah meningkatnya kapasitas daya angkut senjata yang terletak di badan pesawat (internal weapon bay). Pemikirannya, jika tidak ada internal weapon bay, maka fitur pesawat tempur siluman berkurang secara signifikan. Dengan meningkatnya kapasitas senjata yang bisa diangkut internal weapon bay, maka secara signifikan meningkatkan kemampuan tempur udara dan hal ini menunjukkan perbedaan yang jelas dengan C-103.
Fitur baru paling dominan dari KFX-C103-iA adalah peningkatan kapasitas internal weapon bay
Dengan desain ini, untuk pertama kalinya Korea Selatan mengumumkan konsep internal weapon bay mereka secara lebih rinci. Hal ini sekaligus menunjukkan proyek KF-X telah memasuki tahap desain rinci. Pesawat tempur KFX C103-iA merupakan penyempurnaan desain dari C-103 dan C103-i, dimana C-103 belum memiliki internal weapon bay (IWB) sehingga hanya bisa mengangkut senjata 40% dari C103-iA. Sedangkan versi C103-i sudah memiliki IWB tetapi hanya bisa mengangkut bom Mk-83x seberat 500kg atau 60% dari C103-Ai. Pesawat tempur K/IFX C103-iA mampu membawa bom Mk-83x seberat 1000kg di luar rudal AIM series.
Diagram proses pengembangan pesawat tempur siluman Korea Selatan. Pada awal tahun 1999, Badan Pengembangan Pertahanan Korea Selatan (ADD) pertama kali mengusulkan proyek KF-X. Pada tahun 2001, Presiden Korea Selatan Kim Daejung menyetujui rencana pembangunan KF-X.
Dua pilihan desain proyek KF-X meliputi model C101 dan C201 dengan canard. Kedua model melangkah dalam pengembangan rencana dan akhirnya didapat model C103 turunan dari C101, yang mengembangkan desain senjata di rongga tubuh (internal weapon bay). Pejabat militer Korea Selatan, menyetujui model C-103.kfx5
Dilihat dari sudut ini menunjukkan rancangan KFX-C103-iA memiliki tingkat kemiripan besar dengan pesawat tempur siluman F-22, AS. Fighter KFX memiliki 16 hardpoint untuk mengangkut rudal AIM-120, AIM-9x, dan bom Mk-84 JDAM, didalam IWB dapat mengangkut 6 AIM-120/2 AIM-120,(2 AIM-9x dan 2 Mk-84 JDAM).
Sruktur desain-ruang rangka senjata dan tata letak rak rudal udara ke udara jarak menengah dari KFX-C103-iA. Bentuk rampdoor memaksimakan jenis missile yang dapat dimuat. Setiap sisi didesin tajam untuk mengurangi pemantuan radar
Penampilan eksternal KFX-C101 mirip dengan Pesawat F-22, namun sedikit lebih kecil dalam ukuran. Pesawat menggunakan desain model DSI inlet.
Gambar menunjukkan luas penampang bom bay KFX C103-iA lebih besar dari F-35 dan F-22
KFX-C103-iA dirancang menggunakan perangkat yang mampu menerima bahan bakar di udara, seperti halnya pesawat tempur siluman F-22 dan F-35 yang menggunakan skema serupa.
Pengembangan internal weapon bay yang lebih besar menyebabkan perut KFX/IFX lebih berisi dibanding versi sebelumnya. KFX-C103-iA dirancang menggunakan perangkat yang mampu menerima bahan bakar di udara, seperti halnya pesawat tempur siluman F-22 dan F-35 yang menggunakan skema serupa.
AGM untuk mengurangi vektor udara masuk ke dalam lambung pesawat secara masif, yang sangat berbahaya bagi keseimbangan pesawat saat meluncurkan rudal.
Peluncuran roket dari weapon bay KFX-C103-iA ingin seperti F-35A
Dengan teknologi “eject launcher” C-103-iA bisa menembakkan missile bahkan dalam posisi manuver ekstrim.
Radar KFX-C103-iA Korea menggunakan active electronically scanned array (AESA)/ active phased array radar dan sistem sensor optik "Electro-Optical Distributed Aperture System" EODAS. Sistem EODAS dari KFX tempur-C103-iA diatur di depan kokpit kaca depan. Desain ini mirip dengan tata letak pada Su-30/35 atau tempur SU T-50 Rusia
Radar KFX-C103-iA Korea menggunakan active electronically scanned array (AESA)/ active phased array radar dan sistem sensor optik “Electro-Optical Distributed Aperture System” EODAS. Sistem EODAS dari KFX tempur-C103-iA diatur di depan kokpit kaca depan. Desain ini mirip dengan tata letak pada Su-30/35 atau tempur SU T-50 Rusia.
Para Peneliti Korea Selatan membuat sendiri pola radar pemindaian elektronik aktif (AESA).
Skema Pengembangan KFX-C103-iA.
Penerapan internal weapon bay menyebabkan dimensi badan pesawat menjadi lebih besar
Penggunaan teknologi hidrolik memaksimalkan ruang penyimpanan senjata dan membuat KFX C103-iA dapat melontarkan missile pada manuver ekstreem. penutupnya pun di design untuk tidak memantulkan sinyal radar.
Teknologi hidrolik eject launcher untuk penembakan missile yang lebih aman
Kapasitas rudal yang bisa diangkut oleh KFX/IFX C103-iA dibanding pesawat tempur lain
Perbandingan pesawat tempur KFX-C103-iA dengan pesawat lain di kelas Generasi 4,5
Optimalisasi pada vortex sayap meningkatkan trust vectoring pasawat agar mendapatkan peningkatkan daya serta penghematan bahan bakar
Desain sistem rem udara KFX-C103-iA mirip Sukhoi
Optimalisasi tailplane horisontal KFX-C103-iA.
Vortex C103-iA pada saat kecepatan supersonic
Cantelan senjata eksternal KFX-C103-iA.
Desain kokpit rencana KFX-C103-iA. Kanopi yang besar membantu memaksimalkan radar moto/radar mata atau manual sang pilot
Menurut media Korea Selatan, target produksi pesawat tempur siluman KF-X akan gagal mencapai target di tahun 2020 seperti yang direncanakan semula. KAI memperkirakan pesawat ini jadi pada tahun 2030- 2040. Hal ini menunjukkan kemampuan teknis Korea Selatan tidak cukup untuk melakukan penelitian dan pengembangan pesawat tempur siluman. Pemerintah Korea Selatan dituntut untuk lebih serius mendorong research and development dari pesawat tempur KFX-C103-iA.
Jika pesawat tempur siluman KFX beroperasi tahun 2030-2040, tentu Indonesia yang berpartisipasi harus menyiapkan pesawat perantara menunggu hingga KFX beroperasi. Untuk stop gap tersebut, Korea Selatan juga kemungkinan memesan 40 pesawat siluman (stealth) F-35 Lockheed Martin yang akan digunakan Republic of Korea Air Force (ROKAF) pada tahun 2018-2021.
Penyusun : Yohanes Gitoyo.
Sumber :
- http://jakartagreater.com/
- http://worlddefensenews.blogspot.com/