Kamis, 13 Februari 2014

Pengusaha-pengusaha yang memberikan kontribusi ke Negara

Daftar 40 Pengusaha indonesia, dengan perusahaan2 mereka yang menggurita, tentu Negara melihat potensi dari penerimaan Pajak untuk membangun dan mempertahankan NKRI... mereka patut kita ulas...
1. R. Budi & Michael Hartono
2. Eka Tjipta Widjaja & family
3. Susilo Wonowidjojo & family
4. Anthoni Salim & family
5. Chairul Tanjung
6. Sri Prakash Lohia
7. Sukanto Tanoto
8. Peter Sondakh
9. Boenjamin Setiawan & family
10. Putera Sampoerna & family
11. Mochtar Riady & family
12. Low Tuck Kwong
13. Tahir
14. Ciliandra Fangiono & family
15. Martua Sitorus
16. Achmad Hamami & family
17. Theodore Rachmat
18. Kartini Muljadi & family
19. Murdaya Poo
20. Djoko Susanto
21. Eddy Katuari & family
22. Edwin Soeryadjaya
23. Sjamsul Nursalim
24. Ciputra & family
25. Soegiarto Adikoesoemo
26. Kiki Barki
27. Kuncoro Wibowo & family
28. Garibaldi Thohir
29. Hary Tanoesoedibjo
30. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono
31. Benny Subianto
32. Harjo Sutanto
33. Kusnan & Rusdi Kirana
34. Aksa Mahmud
35. Prajogo Pangestu
36. Alexander Tedja
37. Husain Djojonegoro & family
38. Sudhamek
39. Hashim Djojohadikusumo
40. Eddy Kusnadi Sariaatmadja

sedikit ulasan tentang tokoh tokoh "Pengusaha-Penguasa" diatas:

1. Robert Hartono dan Michael Hartono (Djarum)

Michael Bambang Hartono (Bahasa Hokkian: Oei Hwie Siang, lahir di Kudus pada 2 Oktober 1939) dan Robert Budi Hartono (Bahasa Hokkien: Oei Hwie Tjhong, lahir di Kudus tahun 1941) adalah pemilik perusahaan rokok kretek Indonesia, Djarum.

Michael dan Budi mewarisi Djarum setelah ayah mereka, Oei Wie Gwan, meninggal pada tahun 1963. Oei Wie Gwan meninggal tidak lama setelah pabrik rokok Djarum terbakar habis.

Mereka konsisten menjadi orang terkaya di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Keduanya selalu berada di urutan teratas di orang terkaya Indonesia versi Forbes.

Dilansir dari Forbes, Kamis (29/11/2012), saudara yang paling muda, Budi, sudah masuk jajaran orang terkaya Forbes sejak tahun 2005 lalu. Baru kemudian kakaknya menyusul tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2008.

Jumlah kekayaan dua bersaudara yang nyaris tak pernah muncul di media ini berjumlah US$ 15 miliar atau sekitar Rp 142 triliun, naik dari tahun lalu US$ 14 miliar atau sekitar Rp 133 triliun.

Keduanya mendapatkan perusahaan Djarum yang merupakan warisan ayahnya untuk mulai memupuk kekayaan. Merek Djarum memang sangat terkenal di dalam negeri sebagai merek rokok kretek.

Djarum juga telah meluncurkan jenis dan mereka rokok baru bernama Dos Hermanos, sebuah cerutu premium gabungan antara tembakau Brazil dan Indonesia sehingga bisa masuk ke pasar AS.

Sementara di lini bisnis finansial, dua bersaudara ini juga memiliki salah satu bank terbesar di Indonesia, yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Bisnis mereka semakin menggurita dan menjalar ke berbagai sektor. Pada 2008 juga mereka masuk ke bisnis minyak sawit mentah setelah memborong 65.000 hektar lahan di Kalimantan Barat.

Mereka pun tak ketinggalan di bisnis pusat pertokoan, perkantoran juga perhotelan, untuk itu mereka punya Grand Indonesia yang berlokasi teipat di pusat kota Jakarta. Perusahaan terakhir yang mereka beli adalah Kaskus, website paling populer di Indonesia.

Kedua bersaudara ini dikatakan Forbes, ternyata sebagai pemilik mal terbesar di Indonesia yaitu Grand Indonesia yang berlokasi di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta.

2. EKA TJIPTA WIDJAJA

Eka Tjipta Widjaja (lahir di Coan Ciu, Fujian, Republik Rakyat Cina dengan nama Oei Ek Tjhong, 3 Oktober 1923; umur 89 tahun) adalah pengusaha dan pendiri serta pengendali Sinar Mas Group. Eka Tjipta dilahirkan dari keluarga miskin di Fujian, Republik Rakyat Cina. Pada tahun 1931. ia melakukan migrasi ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Ia juga merupakan pendiri dari Yayasan Eka Tjipta Foundation.

Eka Tjipta Widjaja sempat menjual biskuit waktu muda. Kini melalui Golden Agri-Resources yang dikelola anaknya berhasil mengakuisisi beberapa lahan besar di Indonesia. Eka Tjipta Widjaja juga mendirikan Smartfren Telecom dan Sinar Mas Multiartha.

Eka Tjipta Widjaja memiliki harta US$ 7,7 miliar atau Rp 73,15 triliun.

3. SUSILO WONOWIDJOJO

Susilo Wonowidjojo bersama PT Gudang Garam berhasil meraup banyak keuntungan dari bisnis kepulan asap rokok ini. Susilo memiliki kekayaan hingga US$ 7,4 miliar atau Rp 70,3 triliun.

PT Gudang Garam Tbk.(IDX: GGRM) adalah sebuah perusahaan produsen rokok populer asal Indonesia. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo, perusahaan ini merupakan peringkat kelima tertua dan terbesar di Indonesia (setelah Djarum) dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar 514 are di Kediri, Jawa Timur.

4. ANTHONY SALIM

Ayahnya, Liem Sioe Liong atau Om Liem, sang legenda pendiri Salim Group telah meninggal di usia 97 tahun pada Juni lalu di Singapura. Anthoni melanjutkan usaha ayahnya tersebut. Salim memiliki saham di Indofood.

Kekayaan Anthoni Salim mencapai US$ 5,2 miliar atau Rp 49,4 triliun yang menempatkannya di posisi 4 orang terkaya se-Indonesia.

5. CHAIRUL TANJUNG

Chairul Tanjung, pemilik CT Corp ini memiliki kekayaan yang ditaksir sebesar US$ 3,4 miliar atau sekitar Rp 32,3 triliun pada tahun 2012. Kekayaan Chairul Tanjung melesat dibandingkan kekayaannya di tahun 2011 yang menurut Forbes sebesar US$ 2,1 miliar.

Dengan tambahan kekayaan sekitar US$ 1,3 miliar dalam setahun, posisi Chairul Tanjung dalam daftar itu naik dari 11 di tahun 2011 menjadi posisi 5 pada tahun 2012. Menurut Forbes, pria berusia 50 tahun itu mendapatkan kekayaannya terbesar dari media holding yakni Trans TV dan Trans 7 serta kepemilikan di Bank Mega.

Chairul Tanjung mendapatkan kekayaan dari Grup Para. Grup didirikan pada 1987, berbekal dari pinjaman Bank Exim sebesar Rp 150 juta. Chairul mendirikan pabrik sepatu dengan membeli 20 mesin jahit.

Dari usaha itulah, Grup Para melebarkan sayap bisnis secara perlahan. Lompatan besarnya terjadi pada saat dia mengakuisisi Bank Karman pada 1996, dan mengganti namanya menjadi Bank Mega.

Saat itu, aksinya dipandang aneh karena pada saat krisis justru ia malah membeli bank. Namun, di tangannya, bank kecil yang hampir bangkrut tersebut malah berkembang pesat.

Pada 1998, Chairul mendapatkan izin siaran TransTV. Sejak itulah, nama Chairul makin berkibar. Bank Mega kian agresif melakukan akuisisi, mulai dari akuisisi Indovest Securities yang kini menjadi Mega Capital.

Kemudian, mengakuisisi Bank Tugu, membangun Bandung Supermall, membentuk Mega Asuransi Jiwa, membangun Bank Mega Tower hingga mengambilalih TV7 milik Grup Kompas-Gramedia yang kemudian diubah menjadi Trans7.

Pada 2006, Grup Para mulai terjun ke bisnis retail dengan mengakuisisi sejumlah franchise merek ternama di Indonesia, seperti Coffee Bean, Mahagaya Perdana, hingga membentuk Trans Lifestyle sebagai payung untuk bisnis retail.

Ekspansi dokter gigi yang jadi pengusaha ini juga terus berkembang. Dia mulai mengincar bisnis baru di pertambangan, energi, infrastruktur, hingga mengambil alih Carrefour Indonesia.

6. SRI PRAKASH LOHIA

Sri Prakash Lohia berada di peringkat 6 dengan harta kekayaan yang mencapai US$ 3 miliar dan Rp 28,5 triliun.

Sri Prakash Lohia melalui Indorama Ventures berhasil mengambil perusahaan kimia AS, Old World Industrie di Januari 2012 ini. Indorama terus berkembang dan menjadi perusahaan besar di Indonesia. Indorama merupakan perusahaan polyster yang didirikan bersama ayahnya, ML Lohia.

Indorama memulai usahanya dengan mendirikan pabrik benang pada 1976 di Indonesia. Kini di tangan Prakash, Grup Indorama kian menggurita. Produknya meliputi poliester, PET resin, polyethylene, polypropylene, kain, hingga sarung tangan medis. Pabriknya bertebaran di sepuluh negara dengan kontrol penuh dari Jakarta.

Grup Indorama saat ini menaungi sejumlah perusahaan. Usaha pembuatan bahan baku tekstil di bawah bendera PT Indorama Synthetics dan usaha petrokimia di bawah PT Petrokimia Eleme. Produk Indorama dikirim ke lebih dari 90 negara di empat benua dan menyerap lebih dari 16 ribu tenaga kerja.

7. SUKANTO TANOTO

Sukanto Tanoto adalah pemilik konglomerasi RGM (Raja Garuda Mas) dengan gurita bisnis mulai dari kertas hingga CPO. Ia baru saja meresmikan Tanoto Center fi Asian Family Business & Enterpreneurship Studies di Universitas Hong Kong.

Harta kekayaannya mencapai US$ 2,8 miliar atau mencapai Rp 26,6 triliun.
Namanya pernah masuk daftar orang terkaya di Indonesia pada 2006. Bos Raja Garuda Mas International ini dilahirkan di Belawan, Sumatera Utara, 25 Desember 1949.

Bernama asli Tan Kang Hoo, ia menjadi pengusaha yang sukses di lebih 10 negara. Usahanya, banyak bergerak di bidang agrikultur, mulai dari bubur kertas hingga kelapa sawit. Semuanya kelas dunia.

Saat 18 tahun, ayahnya, Amin Tanoto, sakit stroke. Sulung dari tujuh bersaudara ini lalu mengambil alih tanggung jawab keluarga. Meneruskan usaha berjualan minyak, bensin, dan peralatan mobil.

Ia kemudian pindah dari kota kelahirannya, Belawan, ke Medan. Sukanto juga berdagang onderdil mobil, lalu mengubah usaha itu menjadi kontraktor umum.

Saat impor kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, ia mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, pada 1972. Kemudian usaha ini berubah menjadi perusahaan kayu lapis dan mengubah nama menjadi PT Raja Garuda Mas.

Sukanto juga membuat PT Inti Indorayon Utama, perusahaan yang mengelola hutan tanaman industri dan pabrik bubur kertas. Indorayon sempat ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan hidup karena ditengarai mencemari Danau Toba. Indorayon pun ditutup.

Sukanto lantas membuka perusahaan pulp di Riau, yaitu PT Riau Pulp. Pabrik kertas terpadu ini merupakan pabrik terbesar di dunia. Di bidang properti, ia membangun Uni Plaza dan Thamrin Plaza, semuanya di Medan.

Tidak hanya di dalam negeri, ia melebarkan sayap ke luar negeri, dengan ikut memiliki perkebunan kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina, dan electro Magnetic di Singapura, serta pabrik kertas di China yang kini sudah dijual untuk memperbesar PT Riau Pulp.

8. PETER SONDAKH

Peter Sondakh adalah pimpinan Rajawali Group, yang baru saja melakukan backdoor listing perusahaan batu baranya PT Golden Eagle Energy yang meningkatkan sahamnya sampai 400%. Ia juga baru saja listing 49% saham perusahaan taksi, Express.

Peter Sondakh memiliki kekayaan hingga US$ 2,6 miliar atau mencapai Rp 24,7 triliun.

Sebagai salah satu taipan papan atas Indonesia, Peter bukan saja dikenal sebagai bos grup bisnis besar di negeri ini. Namun, pria berusia 58 tahun ini juga memiliki rumah mewah di Beverly Hills.

Grup bisnis Rajawali yang dikendalikannya bergerak di berbagai bidang, mulai dari properti, pertambangan, hingga perkebunan. Semula, grup bisnis ini juga berniat mengembangkan usaha maskapai pesawat, namun dibatalkan karena bisnis penerbangan dinilai kurang menguntungkan.

Dulunya Grup Rajawali dikenal sebagai pemilik pabrik rokok besar di Tanah Air, PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Namun, ia kemudian melepaskan 56,96 persen sahamnya kepada British American Tobacco, produsen rokok terbesar kedua di dunia.

Dari penjualan itu, Rajawali mengantongi dana segar Rp3,35 triliun. Menurut eksekutif Grup Rajawali, Darjoto Setiawan, sebagian besar dana itu digunakan untuk investasi di bisnis tambang. Selain itu, akan digunakan untuk memperluas kebun sawit, serta mengembangkan sektor properti.

9. BOENJAMIN SETIAWAN

Boenjamin Setiawan merupakan pendiri dari Kalbe Farma, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Dr. Boen, panggilannya juga baru saja mengakusisisi Hale Internasional sebesar US$ 10 juta.

Dr. Boen berada di peringkat ke-9 dengan harta kekayaan yang mencapai US$ 2,35 miliar atau Rp 22,3 triliun.

10. PUTRA SAMPOERNA

Putera Sampoerna telah menjual sebagian kepemilikan saham perusahaan rokok keluarganya ke Philip Morris. Pada Maret 2012, anak Putera Sampoerna, Michael Sampoerna melaunching Bank Sahabat Sampoerna. Sampoerna juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang sawit dan real estate.

Berada di peringkat ke-10, Putera Sampoerna memiliki kekayaan hingga US$ 2,3 miliar atau Rp 21,8 triliun.

11. MOCHTAR RIADY

Pendiri Grup Lippo ini fokus di beberapa bidang usaha seperti properti, ritel, media dan rumah sakit. Mochtar Riady meneruskan usahanya ke anak-anaknya yakni James Riady dan Stephen Riady. Stephen sendiri kini tengah berjuang untuk membeli Singapore Fraser and Neave (F&N) sebuah perusahan minuman terbesar di Singapura.

Mochtar Riady berada di peringkat ke-11 dari 40 orang terkaya se-Indonesia dengan harta kekayaan yang mencapai US$ 2,2 miliar atau Rp 20,9 triliun.

12. LOW TUCK KWONG

Low Tuck Kwong berada di peringkat 12 dari 40 orang terkaya se-Indonesia dengan harta kekayaan yang mencapai US$ 2 miliar atau Rp 19 triliun.

Pria ini terlahir di Singapura serta ikut bisnis konstruksi orang tuanya hingga usia 20 tahun. Namun, kemudian pindah kewarganegaraan jadi warga Indonesia. Dia dikenal sebagai raja batu bara Kalimantan.

Low Tuck Kwong memulai bisnis di Indonesia pada 1973 ketika ia membentuk perusahaan konstruksi yang khusus menangani pekerjaan umum, konstruksi bawah tanah, hingga konstruksi di laut. Dalam perkembangannya, perusahaan konstruksi sipil ini kemudian mendapatkan kontrak batu bara pada 1988.

Lima tahun setelah berganti kewarganegaraan Indonesia, pada November 1997, Low Tuck mengakuisisi PT Gunung Bayan Pratamacoal dan PT Dermaga Perkasapratama yang memiliki tambang dan mengoperasikan terminal batu bara di Balikpapan sejak 1998. Sejak itu, sejumlah konsesi baru diakuisisinya hingga resmi membentuk perusahaan induk yang dikenal dengan PT Bayan Resources.

Sejak 2001, Bayan Group rata-rata menambah satu konsesi dalam portofolio perusahaan. Bahkan, Bayan terus mengevaluasi peluang untuk menambah konsesi batu bara di Indonesia.

Melalui sejumlah perusahaan, Bayan Group memiliki hak eksklusif melalui lima kontrak pertambangan dan tiga kuasa pertambangan dari pemerintah Indonesia. Total konsesinya mencapai 81.265 hektare.

13. TAHIR

Tahir yang ayahnya memiliki usaha membuat becak sempat berhenti sekolah medis di Taiwan karena ayahnya tersebut sakit. Ia kemudian belajar berbisnis di Singapura, dan memulainya di bank Mayapada. Saat ini bank Mayapada menjadi salah satu bank swasta yang besar di Indonesia. Ia merupakan salah satu pemegang saham yang menerbitkan lisensi Forbes di Indonesia. Tahir telah menyumbangkan lebih dari US$ 50 juta untuk universitas di China, Indonesia, AS dan Singapura. Istrinya, Rosy merupakan putri taipan dari Mochtar Riady.

Tahir menduduki peringkat ke-12 dari 40 orang terkaya se-Indonesia. Harta kekayaan Tahir mencapai US$ 1,8 miliar atau Rp 17,1 triliun.

14. CILIANDRA FANGIONO

Miliuner termuda dari 40 orang terkaya se-Indonesia ini memimpin perusahaan minyak sawit First Resources yang mengalami peningkatan pendapatan hingga 2 kali lipat pada tahun 2011 lalu. Perusahaan ini terus berkembang dangan menambahkan ekspansi tanamnya hingga 10%.

Ciliandra membeli 100.000 hektar tanah di Kalimantan Timur senilai US$ 39 juta di Maret 2012 ini.

Ciliandra berada pada peringkat ke-14 dari jajaran orang terkaya se-Indonesia. Harta kekayaannya mencapai US$ 1,79 miliar atau Rp 17,0 triliun.

15. MARTUA SITORUS

Martua lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Sarjana ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Medan tersebut waktu kecilnya dikenal dengan nama Thio Seng Hap dan dikenal juga dengan panggilan A Hok.

Martua memulai karir bisnisnya sebagai pedagang minyak sawit dan kelapa sawit di Indonesia dan Singapura. Bisnisnya berkembang pesat. Pada 1991 Martua mampu memiliki kebun kelapa sawit sendiri seluas 7.100 hektar di Sumatera Utara. Pada tahun yang sama pula Martua bisa membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertamanya.

Ia kemudian melebarkan sayapnya dengan bendera Wilmar International Limited. Perusahaan agrobisnis terbesar di Asia ini merupakan perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Singapura. Bahkan, untuk pabrik biodiesel, dia memiliki produksi terbesar di dunia. Meski sebagai pemilik, Martua masih menduduki jabatan direktur eksektuf di Wilmar.

Pembangunan biodiesel dilakukan di Riau pada 2007 dengan membangun tiga pabrik biodiesel, masing-masing memiliki kapasitas produksi 350.000 ton per tahun, sehingga total kapasitasnya 1,05 juta ton per tahun.

Di negeri ini, Wilmar memiliki sekitar 48 perusahaan. Salah satunya adalah PT Multimas Nabati Asahan, yang memproduksi minyak goreng bermerek Sania.

Wilmar sendiri baru saja mengumumkan kerjasama dengan perusahaan AS, Kellogg untuk menjual makanan di China. Sitorus yang berdagang udang waktu muda mendirikan Wilmar dengan keponakan orang terkaya di Malaysia, Kuok Khoon Hong. Mereka berdua juga membeli Aviva Tower di London tahun lalu.

Martua berada di peringkat 15 orang terkaya se-Indonesia dengan harta kekayaan yang mencapai US$ 1,75 miliar atau Rp 16,62 triliun.

16. ACHMAD HAMAMI

Achmad Hamami merupakan seorang mantan pilot pesawat jet. Ia sempat menjadi kolonel termuda di jajaran militer Indonesia. Ia mengambil pensiun dini karena keadaan politik yang cukup bergejolak kala itu akibat maraknya korupsi.

Dengan sedikit tabungan, ia mulai membuka tempat kursus/les bagi siswa-siswa. Seorang teman keluarga membantu Achmad mendapatkan investasi besar dari Caterpillar untuk mengembangkannya di Indonesia. Jadilah Caterpillar Indonesia yang menjelma menjadi Trakindo Utama. Ia juga mengambil perusahaan jasa energi PT ABM Investama.

Achmad Hamami berada pada peringkat 16 dari jajaran 40 orang terkaya se-Indonesia. Ia memiliki kekayaan hingga US$ 1,7 miliar atau Rp 16,1 triliun.

17. THEODORE RACHMAT

Theodore Permadi Rachmat tak bisa lepas dari perkembangan Grup Astra. Lulusan Teknik Mesin Institut Tehnologi Bandung tahun 1968 tersebut seangkatan dengan Benny Subianto dan Subagio Wiryoatmodjo, mantan eksekutif PT Astra International Tbk.

Melalui PT Trikarana Investindo Prima ada dua perusahaan lain, PT Mejisinar Kasih dan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara, ia mendirikan perusahaan dealer dan bengkel mobil PT Oto Karya Prima.

Theodore memiliki saham di perusahaan komponen kendaraan PT Intanco Precision Tools, perusahaan kelapa sawit PT Tanjung Sawit Nusantara, dan perusahaan pembiayaan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk.

Adira merupakan perusahaan yang didirikan ayahnya, Raphael Adi Rachmat. Theodore mengambil alih 90 persen sahamnya pada pertengahan 2003, sebelum akhirnya dilepas kepada Bank Danamon.

Theodore dinilai ahli dalam pengurusan sebuah perusahaan. Perusahaan seperti produsen kelapa sawit, Triputra Agro Persada dan produsen karet Kirana Megatara mampu dikembangkan dengan baik oleh Theodore Rachmat. Memang salah satu holding perusahaannya, Adaro Energy tengah anjlok. Dia adalah sepupu dari Edwin Soeryadjaya.

Theodore Rachmat berada dalam urutan ke 17 dalam jajaran 40 orang terkaya se-Indonesia. Harta kekayaannya mencapai US$ 1,6 miliar atau Rp 15,2 triliun.

18. KARTINI MULJADI

Kartini Muljadi dan keluarganya menjual hampir seperlima sahamnya di produsen obat Tempo Scan yang dijalankan sang Anak, Handojo pada bulan Mei sebesar US$ 218 juta. Wanita terkaya se-Indonesia ini juga merupakan seorang pengacara di kantornya sendiri, Kartini Muljadi dan Rekan. Kartini gemar membaca buku-buku agama dan profesional pada waktu luangnya.

Kartini berada di peringkat 18 dengan kekayaan hingga US$ 1,51 miliar atau Rp 14,34 triliun.

19. MURDAYA POO

Murdaya Poo memulai karirnya menjual koran. Hampir seperempat abad kemudian, Central Cipta Murdaya perusahaan miliknya mampu 'eksis' di bidang IT, kayu hingga consumer goods dan mesin. Pemilik Jakarta Convention Centre (JCC) ini meraup banyak keuntungan dari 100 even per tahun yang diadakan di JCC tersebut.

Murdaya Poo yang seorang vegetarian ini gemar bermain golf. Namun, belakangan ini sang istri, Siti Hartati Murdaya tengah berjuang di persidangan terkait kasus suap Bupati Buol.

Murdaya Poo berada di peringkat 19 dari 40 orang terkaya se-Indonesia. Murdaya Poo memiliki kekayaan US$ 1,5 miliar atau Rp 14,25 triliun.

20. DJOKO SUSANTO

Djoko Susanto, anak ke-6 dari 10 bersaudara ini ternyata tak lulus SMA/SLTA. Pada umur 17 tahun, Ia mulai mengelola warung-warung makanan. Dia juga menjajakan rokok dan membuka beberapa warung kelontongan lagi. Kesuksesannya membuka beberapa jaringan warung ini menarik perhatian taipan pengusaha rokok Putera Sampoerna.

Keduanya akhirnya bekerja sama membuka beberapa toko dan supermarket. Ketika Putera Sampoerna menjual bisnis rokoknya ke Phillip Morris, Djoko fokus mengembangkan bisnis ritelnya. Adalah Alfamart yang kini menjamur di daerah sekitar tempat tinggal anda semua.

Djoko berada di peringkat 20 orang terkaya se-Indonesia. Djoko memiliki harta kekayaan hingga US$ 1,4 miliar atau mencapai Rp 13,3 triliun.

21. EDDY WILLIAM KATUARI

Eddy William Katuari adalah pemimpin dari perusahaan Wings yang mungkin bagi masyarakat Indonesia perusahaan tersebut sudah sangat akrab di telinga. Wings merupakan sebuah perusahaan yang bermula dari perusahaan kecil-kecilan yang bergerak dalam bidang kebersihan. Barang yang ditawarkan pada saat perusahaan tersebut berdiri adalah sabun mandi batangan. Namun seiring berkembangnya jaman, perusahaan ini semakin maju dan mulai mengenal sabun dengan bahan kimia.

Perusahaan Wings pertama kali didirikan oleh Johannes Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto dan berawal dari industri rumahan. Kini Wings sudah menjadi perusahaan yang sangat berpengaruh di Indonesia dan bukan hanya sabun saja yang ditawarkan oleh perusahaan ini, namun juga bahan makanan, alat kebersihan, minuman, dan masih banyak yang lainnya. Eddy William Katuari merupakan pemimpin perusahaan Wings yang terbaru. Perusahaan Wings ini sudah mulai berkembang di sektor kelapa sawit, real estate, bahkan hingga ke Bank.

Eddy William Katuari adalah anak dari pendiri perusahaan Wings yaitu Johannes Ferdinand Katuari yang kini sudah semakin senja. Eddy dalam mengurus bisnisnya tersebut juga dibantu oleh anak dari Harjo Sutanto yang juga merupakan pendiri Wings Group. Eddy bersama saudaranya berada di puncak kepemimpinan yaitu Teddy Jeffrey KatuariU dan Freddy Ignatius Katuari.

Sementara itu Finney Henry Katuari lebih memilih untuk berada di operasionalisasi perusahaan. Untuk anak dari Harjo Sutanto yaitu Fifi Sutanto juga menjabat sebagai pemimpin perusahaan setarai dengan Eddy William Katuari. Untuk bisa mengembangkan bisnisnya, bahkan Fifi sampai mencari ilmu tentang parfum keu Perancis.

Anak dari Eddy William Katuari yaitu bernama Grace L Katuari menikah dengan Martin B Hartono yang merupakan generasi ketiga dari perusahaan Djarum. Hal ini membuat perusahaan Wings semakin berdiri kokoh. Pernah pada saat mendirikan Pulogadung Trade Center dan Grand Indonesia, kedua perusahaan besar tersebut bekerjasama dan menghasilkan karya yang luar biasa.

Eddy William Katuari dalam membangun perusahaan yang diwariskannya ini membuahkan hasil yang cukup bagus. Wings Group berhasil menjadi perusahaan consumer di Indonesia yang hampir menyaingi perusahaan multinasional yaitu PT Unilever Indonesia. Ini merupakan sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi Wings dan Eddy William Katuari dan saudaranya yang lain.

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan Wings ini sudah di ekspor hingga ke Negara di Afrika. Produk yang paling mereka andalkan adalah produk sabun seperti So Klin, Daia, Giv, dan Nuvo yang bisa ditemukan di negara-negara Afrika dan Asia Tenggara.

Perusahaan Wings ini mungkin belum pernah mengalami kemunduran yang sangat drastis. Kebanyakan perusahaan di Indonesia mengalami kemerosotan pada tahun 1997 sampai dengan tahun 1998 dikarenakan terjadi krisis ekonomi. Penyebab dari kemunduran atau bahkan kebangkrutan perusahaan tersebut adalah dikarenakan hutang. Namun perusahaan Wings tidak memiliki hutang sehingga bisa bertahan di saat terjadi krisis ekonomi.

22. EDWIN SOERYADJAYA

Edwin Soeryadjaya merupakan salah satu orang Indonesia yang cukup terkenal sebagai pengusaha sukses bahkan bisa dikatakan super sukses. Bagaimana tidak? Dia mampu mengantongi sebuah penghargaan sebagain Indonesian Entrepeneur of the Year pada tahun 2010. Bahkan pengumuman anugrah penghargaan tersebut diumumkan oleh Chief Executive Officer Ernst and Young Giuseppe Nicolosi. Peranan Edwin sebagai chairman di Saratoga Group sangatlah besar. Sebagai pendiri Saratoga Investama Sedaya, beliau mampu menghasilkan jutaan bahkan ratusan juta dalam waktu singkat. Perusahaan Sarotaga Investama Sedaya sendiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang investasi yang cukup mempunyai nama di Indonesia.

Sebagai anak dari pengusaha terkenal, William Soeryadjaya, Edwin mulai tumbuh dengan bakat berbisnis seperti ayahnya. Dia bahkan mendirikan sebuah perusahaan bernama Saratoga Capital pada tahun 1998 bersama dengan Sandiaga Uno. Sebagai anak ke dua dari William rupanya Edwin cukup terampil dalam mengembangkan kemampuannya sebagai pebisnis tepat seperti ayahnya. Pada tahun 2004 dia memiliki jabatan sebagai Presiden Komisaris untuk PT Adaro Energy TBK yang disebut dengan PT Padang Kurnia yang sekarang ini menjadi perusahaan yang memproduksi batu bara dengan rating terbesar ke dua di Indonesia yang dianggap berperan penting untuk stok batu bara untuk pasar di Indonesia.

Kemampuan Edwin dalam mengelola perusahaan tidak lepas dari usaha kerasnya yang telah dia lakukan selama bertahun-tahun. Meskipun ayahnya adalah pengusaha terkenal namun dia tidak segan untuk belajar keras untuk memiliki kemampuan yang sama dan bahkan lebih baik dari ayahnya. Berbekal dari keinginan kuat itulah akhirnya dia menunjukkan hasil yang sangat signifikan dari waktu ke waktu tentang kemampuannya dalam mengelola bisnis nya. Hal itu pula yang menjadikannya sebagai penguasaha yang cukup memiliki nama di Indonesia. Penghargaan Ernst and Young Entrepreneur of the Year juga merupakan penghargaan di bidang bisnis yang sangat bergengsi di Indonesia yang sudah berstandar internasional. Jadi, para finalis yang dapat masuk ke nominasi penghargaan ini adalah mereka-mereka yang sudah memiliki kualifikasi tingggi sebagai pengusaha yang ditunjukkan dengan eksistensi mereka serta peranan mereka yang menonjol dalam dunia bisnis.

Dengan munculnya Edwin sebagai juara utama menjadi bukti keberhasilan Edwin yang sudah diakui di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini membuktikan kemampuan Edwin yang sangat cemerlang di bidang bisnis yang membuat namanya semakin melambung diantara pebisnis-pebisnis di Indonesia. Dalam berbisnis Edwin mampu memegang erat etika dalam bisnis yang menjadikannya sebagai pebisnis yang tangguh dan mampu membaca segala situasi dengan sangat baik. Dengan kemampuannya dalam mengelola bisnis dia mampu menghasilkan penghasilan yang sangat tinggi tiap bulan sehingga menjadikannya sebagai pengusaha yang kaya raya dan banyak dikenal oleh masyarakat.

23. SJAMSUL NURSALIM

Merupakan pemilik GAJAH TUNGGAL GRUP dan Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI).

24. CIPUTRA

Ir. Ciputra (lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931; umur 81 tahun) adalah seorang insinyur dan pengusaha di Indonesia. Ia terkenal sebagai pengusaha properti yang sukses, antara lain pada Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang filantropis, dan berkiprah di bidang pendidikan dengan mengembangkan sekolah dan Universitas Ciputra.

Ciputra, yang memiliki nama lahir Tjie Tjin Hoan, menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Parigi, Sulawesi Tengah. Sejak kecil Ciputra sudah merasakan kesulitan dan kepahitan hidup. Bapaknya Tjie Siem Poe ditangkap oleh pasukan tak dikenal,[2] karena dituduh sebagai mata-mata Belanda/Jepang dan tidak pernah kembali lagi pada tahun 1944.
Ketika remaja ia bersekolah di SMP dan SMA Frater Don Bosco di Manado. Setamatnya dari SMA, ia meninggalkan desanya menuju Jawa. Ia kemudian kuliah di Institut Teknologi Bandung. Pada tingkat empat, ia bersama dua temannya mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan yang berkantor di sebuah garasi. Setelah Ciputra meraih gelar insinyur pada tahun 1960, ia pindah ke Jakarta.

Setelah menyelesaikan kuliahnya di ITB, Ciputra mengawali kariernya di Jaya Group, perusahaan daerah milik Pemda DKI. Ciputra bekerja di Jaya Group sebagai direksi sampai dengan usia 65 tahun, dan setelah itusebagai penasihat. Di perusahaan tersebut, Ciputra diberi kebebasan untuk berinovasi, termasuk di antaranya dalam pembangunan proyek Ancol.

Kemudian bersama dengan Sudono Salim (Liem Soe Liong), Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, Ciputra mendirikan Metropolitan Group, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Pada masa itu, Ciputra duduk sebagai direktur utama di Jaya Group dan di Metropolitan Group sebagai presiden komisaris. Akhirnya Ciputra mendirikan grup perusahaan keluarga, Ciputra Group.

Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Selain itu, Bank Ciputra yang didirikannya ditutup oleh Pemerintah karena dianggap tidak layak, dan Asuransi Jiwa Ciputra Allstate yang baru dirintis menjelang krisis pun ikut ditutup.[4] Dengan adanya kebijakan moneter dari pemerintah dan diskon bunga dari beberapa bank, ia mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Akhirnya ketiga group tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri.

25. SOEGIARTO ADIKOESOEMO

Soegiarto Adikoesoemo adalah pemilik AKR Corporindo, yang mayoritas usahanya di sektor kimia. Hartanya sempat melonjak tahun lalu imbas keterlibatannya di sektor batu bara beberapa tahun terakhir.

Ketika harga batu bara mulai menunjukkan penurunan awal 2012, Pak Gik, demikian dia biasa disapa keluarga dan koleganya, langsung banting setir. Pria asal Malang berusia 72 ini memilih fokus menggenjot produksi petrokimia dan distribusi minyak yang dikelola banyak anak perusahaan AKR.

Langkah bisnis cerdasnya yang lain adalah menjual Sorini, produsen sorbitol dan petromikia ke Cargill senilai USD 247 juta pada 2010. Soegiarto juga memiliki perusahaan properti, AKRLand Development yang mengoperasikan hotel di Bali dan Manado.

Beberapa keputusan bisnis tersebut secara jitu mengatrol kekayaannya. Harta penggemar berat seni lukis ini bertambah, dari yang tahun lalu USD 770 juta, tahun ini menjadi USD 1,15 miliar.

26. KIKI BARKI

Kiki yang kini berusia 72 tahun mengoleksi kekayaan melalui bisnisnya di industri tambang batu bara, Kiki sukses membawa Harum Energy mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada awal Oktober 2010.

Saat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan melepas 500 juta saham pada harga Rp5.200 per unit, perseroan mampu meraup dana segar Rp1,04 triliun. Harum Energy yang merupakan perusahaan grup Tanito Coal itu kini masuk salah satu produsen batu bara terbesar di Indonesia.

27. KUNCORO WIBOWO

Kuncoro Wibowo merupakan pemegang lisensi merek dagang Ace Hardware dari Amerika Serikat menjadi miliarder Indonesia dengan penambahan kekayaan tertinggi diantara orang terkaya lainnya. Harga saham perusahaan milik Kuncoro tercatat mengalami hingga 90 persen. Kuncoro tercatat memiliki kekayaan hingga mencapai US$1,06 miliar.

28. GARIBALDI THOHIR

Garibaldi Thohir merupakan Direktur Utama Adaro Energy.

Pria berusia 45 tahun dengan tiga anak itu mengelola perusahaan batu bara berjenis 'envirocoal' yang memiliki kandungan carbon dan sulfur rendah.

Garibaldi dilahirkan dari keluarga berorientasi bisnis, Garibaldi Thohir mengakui bahwa keluarga dan latar belakang pendidikannya sangat mempengaruhi semangat entrepreneurnya. Bisnis pertamanya bermula ketika ia membentuk perusahaan induk bagi perusahaan keluarganya. Berkat inisiatif Garibaldi, 25 perusahaan ayahnya berhasil direstrukturisasi dan diperkecil menjadi 10 perusahaan yang menguntungkan.

Sebagai bagian dari strateginya untuk memperluas bisnis keluarga di bidang agen sepeda motor Honda, Garibaldi memulai bisnis utamanya di tahun 1997 dengan membeli perusahaan multi finansial yang kemudian dikenal sebagai PT Wahana Ottomitra Multiartha (PT WOM). PT WOM bergerak dalam bidang penyedia cicilan pembelian sepeda motor Honda, dan sekarang merupakan salah satu perusahaan pembiayaan konsumen terbesar di Indonesia.

29. HARY TANOESOEDIBJO

Pemilik MNC Grup itu berada di posisi ke-29 dalam daftar orang terkaya tahun 2012 dengan nilai kekayaan ditaksir sebesar US$ 1,04 miliar. Nilai kekayaan Hary Tanoe itu turun dari US$ 1,19 miliar di tahun 2011. Ini membuat posisi Hary Tanoe turun dari posisi 22 di tahun 2011.

Sukses menggawangi MNC dengan televisi RCTI, Global TV, MNC TV serta Harian Seputar Indonesia, Hary Tanoe mulai merambah politik dengan bergabung partai Nasional Demokrat (Nasdem).

Pria berusia 47 tahun itu bisnisnya melebar, setelah sukses di media, kini mulai merambah bisnis batubara melalui anak usahanya PT Bhakti Coal Resources (BCR). Baru-baru ini, Hary Tanoe juga dikabarkan membeli aset-aset tol milik Grup Bakrie.

30. LIM HARYANTO WIJAYA SARWONO

Sang ayah berasal dari Fujian. Merantau ke Kalimantan, ketika provinsi di selatan China itu ikut dikurung amarah nasionalis versus komunis. Di Kalimantan dia kerja serabutan. Dari kuli hingga berdagang. Upah dari kerja tak tentu itu ditabung. Begitu cukup dia mendirikan toko kelontong. Itu tahun 1915.

Lim Tju King, nama pria ini, barangkali tak pernah menyangka Toko Kelontong itu bakal mengurita dalam rupa-rupa usaha, lalu anaknya melambung ke jajaran orang terkaya Indonesia. Pekan ini, Majalah terkemuka Forbes, menaruh Lim Hariyanto Wijaya, si pewaris Toko Kelontong itu di urutan 30 dalam daftar orang kaya di Indonesia. Total kekayaannya U$ 1,03 miliar. Sekitar Rp9,4 triliun.

Sepeninggal sang ayah, Hariyanto memang melebarkan sayap bisnisnya. Dari perkayuan hingga manufaktur. Dia mewarisi bakat dan nyali bisnis sang ayah. Tahun 1983, dia merambah bisnis kayu lapis. Lalu merambah bisnis lain. Dari kelapa sawit, hingga properti.

Induk bisnis sawit itu kemudian melantai di bursa saham Singapura. Pasar menyambut gembira. Pundi keluarga ini kemudian kian menjulang.
Majalah Forbes mencatat bahwa penyumbang terbesar kekayaan mereka adalah bisnis perkebunan kelapa sawit. Di bisnis ini mereka bernaung di bawah bendera Bumitama Agri Ltd. Perusahaan inilah yang April 2012 lalu, terjun di bursa Singapura itu.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa saat listing di Singapura, perusahaan itu diharapkan akan mengeruk U$175,8 juta. Mereka menawarkan 297,6 juta saham.
Tapi Hariyanto kini sudah senja. Usianya sudah 85 tahun. Kemudi perusahaan sudah berpindah ke anak-anaknya. Saat peluncuran saham di Singapura itu, anak kandung Lim sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Bumitama Agri Ltd., Lim Gunawan Hariyanto, dengan penuh haru mengatakan, "Ini adalah hari bersejarah bagi Bumitama.”
Gunawan berharap debut perdana di Bursa Efek Singapura ini disambut baik para investor. Bermodal tanah yang luas di Indonesia, dia yakin perusahaan ini sanggup melayani permintaan minyak sawit dunia yang terus melesat.

Selain modal tanah yang luas, semangat kerja dan integritas yang mendarah daging berpuluh tahun juga jadi modal utama mereka. "Dengan nilai-nilai inti integritas, moralitas dan kemampuan, kami akan terus membangun fondasi yang kuat," kata Lim Gunawan.

Harga saham Bumitama Agri saat dijual pertama kali di Singapore Stock Exchange seharga U$0,745 per lembar atau sekitar Rp8.000. Harga saham itu kemudian melejit. Naik sekitar 45 persen dari harga perdana. Saham naik, kapitalisasi pasar Bumitama Agri juga melejit. Bulan Oktober 2012, kapitalisasi pasarnya mencapai U$1,5 miliar. Sekitar Rp14 triliun.

Sebelum terjun ke bisnis kelapa sawit, keluarga ini sempat terjun ke bisnis batu bara dan pertambangan emas. Bisnis batu bara itu mulai dirintis tahun 1988. Bisnis itu terhitung sukses.

Bermitra dengan Rio Tinto —perusahaan tambang asal Australia— mereka kemudian mendirikan Kelian Equatorial Mining. Porsi Rio Tinto memang lebih besar. Rio memiliki 90 persen sementara Harita Grup milik keluarga ini 10 persen. Tapi mereka kemudian menutup tambang, yang mulai beroperasi pada tahun 1992 itu, pada tahun 2005. Sebabnya, cadangan emas menurun.

Pada tahun 1996, Harita Grup mendirikan Bumitama Agri setelah mengakusisi lahan seluas 17.500 hektare di Kalimantan Tengah. Perkebunan itu mulai berbisnis pada tahun 1998. Semula usaha ini berjalan lambat.

Barulah pada tahun 2002, Bumitama mulai melebarkan sayap secara agresif. Pada tahun 2007, Bumitama sudah memiliki 50 ribu hektar. Pada tahun 2010, jumlah lahan bertambah lagi 50 ribu hektar lagi. Dan pada Maret 2012, Bumitama sudah memiliki 118.00 hektare yang sudah ditanami kelapa sawit. 

31. BENNY SUBIANTO

Mantan wakil direktur utama PT Astra International Tbk ini merupakan salah satu pemegang saham utama Adaro Energy. 

Sebelumnya, alumni Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) ini merupakan mantan direktur utama PT United Tractors Tbk, anak usaha Astra yang bergerak di bidang penjualan dan penyewaan alat berat.

Benny yang sempat menjalankan bisnis minyak sawit di bawah bendera Astra itu dikenal salah satu pengusaha yang tidak pernah berhenti untuk belajar. 

32. HARJO SUTANTO

Harjo Sutanto adalah kerabat dari Johannes F. Katuari (Oen Jong Khing) yang mendirikan sebuah perusahaan Fa Wings pada tahun 1948 di Surabaya. Bersama Johannes F. Katuari ia membangun perusahaan industri rumah kecil hingga menjadi Market Leader perusahaan besar yang terus mengepakkan sayap dengan perkasa. Harjo Sutanto memiliki 4 anak dari Yenny Lilian yaitu Hanny Sutanto, Fifi Sutanto, Handoyo Sutanto dan Yenny Lilian Sutanto, karakter keluarga pendiri Wings dikenal low profile. Penampilan mereka sehari-hari sangat sederhana bagi gambaran pemilik perusahaan consumer goods lokal papan atas di Indonesia. 

Seperti tipikal pengusaha Jawa Timur yang cuek dan nyantai, pakaian yang mereka gunakan cenderung kasual ketimbang dasi plus jas perlente. Harjo Sutanto Di lingkungan Grup Wings akrab dipanggil Pak Tan. Selain merupakan pribadi yang bijak, ngemong, mengerti dan sabar, dan anak, mula-mula mereka membangun pabrik kecil di pinggiran Surabaya, memproduksi sabun cuci deterjen (sabun colek).
Kedua pendiri itu melakukan semua pekerjaan mulai dari produksi, logistik hingga pemasarannya. Keduanya terjun langsung menjual sabun colek produksinya secara door-to-door. Mereknya Wings, yang hingga sekarang masih diabadikan sebagai corporate brand. Dan hingga kini mereka dirikan telah beranak-pinak menjadi kerajaan bisnis yang membawahkan sekitar 70 perusahaan yang bergerak dari hulu ke hilir di banyak industri. Mulai dari industri household, toiletries, personal care, kimia dasar, makanan dan minuman, perdagangan, properti hingga perbankan dan keuangan. Pasar ekspornya telah menembus 60 negara lebih, sementara jumlah tenaga kerjanya telah mencapai 12 ribu lebih. Ditahun 1971 sebenarnya Wings telah mengembangkan diri dengan membangun beberapa perusahaan sabun dan deterjen. 

Namun diakhir tahun 1980-an, namanya tetap belum banyak dikenal. Pada Januari 1991, Fa. Wings mengganti namanya menjadi PT Wings Surya. Dan seiring dengan perubahan itu, Wings pun masuk melambung tinggi dalam mengembangkan bisnisnya dan merambah ke berbagai sektor bisnis seperti consumer goods, grup ini juga memiliki beberapa divisi lain: Kemasan, Kimia, Agrobisnis, Bank dan Lembaga Keuangan, Real Estate, serta Bahan Bangunan. 

Di bidang keuangan yaitu Bank Ekonomi , bank kecil yang hanya membuka kantor di pusat perdagangan ini umumnya bergerak di pembiayaan sektor usaha kecil dan menengah yakni menyediakan kredit bagi para distributor dan agen Grup Wings dibidang ini cukup cerdas dalam menentukan strategi membesarkan dan mengamankan jaringan pemasarannya, wings juga mendapatkan kesetiaan dari pedagang serta para penyalurnya. Divisi Agrobisnis yang bergerak di perkebunan kelapa sawit. 

Langkah ini pun sangat taktis: menyediakan bahan baku bagi sebagian industri kimia dasarnya, sekaligus menyergap peluang ekspor crude palm oil yang sangat menggiurkan karena permintaan dunia terus meningkat. Di industri fast moving consumer goods yang likuid dan kalis krisis. Bisnis inilah yang menjadi tulang punggung dan cash cow-nya. Untuk menjamin distribusi produknya, Grup Wings mengembangkan jaringan distribusinya yang menjangkau hingga ke pelosok desa dan menjangkau 60 lebih Negara. 

Grup Wings mengepakkan sayap dengan perkasa. Dari sekadar perusahaan peniru yang acap dipandang sebelah mata, Wings terus berekspansi dan memberikan nilai tambah yang mencengangkan dan menggentarkan para pesaingnya. Sehingga memungkinkan bagi mereka menghasilkan secara konsisten produk-produk berkualitas dengan biaya lebih rendah berupa harga jual yang lebih rendah dari pesaingnya. Keberhasilan Wings ini didukung oleh berbagai aspek diantaranya karyawan yang berdedikasi tinggi untuk menghasilkan produk berkualitas dan kompetitif bagi pelanggan. Dan terus mempertahankan kualitas dan efisiensi pengeluaran. 

Periode sejarah Wings:

1948, Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto mendirikan Fa Wings, memproduksi sabun colek skala home industri, melalui sistem door to door.- 

1950 sabun mandi Wings mulai dipasarkan.- 

1971, membangun perusahaan sabun dan detergen, misal merek Ekonomi.

1980, merek Wings Biru dan Dangdut dilepas ke pasaran. Mendirikan PT Unggul Indah Cahaya, produsen alkybenzene, bahan baku produk detergen, bersama beberapa inverstor.- 

1983 mendirikan PT Multipack

1986 mengembangkan PT Petrocentral (intregasi vertical horizontal)

1989, terjun kebisnis keramik; PT Adyabuana Persada, merek Milan dan Hercules. Dan dibidang finance; Bank Ekonomi. Aliansi dengan Lion Corporation mendirikan PT Lionindo Jaya.

1990, merek Extra Aktif dan detergen merek So Klin.

1991, Fa Wings berganti menjadi PT Wings Surya.
1995, membeli plantation PT Damit Mitra Sekawan dan PT Gawi Makmur Kalimantan, menghasilkan oleochemical. Bersama Siam Cement bisnis gypsum dan semen fiber melalui PT Siam-Indo Gypsum Industry (merek Elephant).

1998, meluncurkan Daia saat krismon.

2000, membeli saham Ecogreen Oleochemical melalui konsorsium

2001, mendirikan perusahaan sekuritas, EkoKapital

2002 merambah property; Pulogadung Trade Center, bersama Djarum.

2003, meluncurkan Mie Sedaap

33. KUSNAN & RUSDY KIRANA

Duo saudara Kusnan dan Rusdi Kirana sempat terbuang setahun dalam daftar 40 orang terkaya Tanah Air. Bos maskapai murah Lion Air itu tahun ini kembali merangsek dan sukses menapaki posisi ke-33 dalam daftar Forbes dengan kekayaan USD 900 juta.

Harta mereka bertambah USD 320 juta dibanding dua tahun lalu, terutama karena kinerja yang bagus dari Lion Air. Maskapai ini berhasil menjadi pemimpin pasar penerbangan Tanah Air, jauh meninggalkan maskapai pelat merah Garuda Indonesia, dengan menguasai 51 persen pangsa pasar.

Duo pengusaha ini sekarang sedang bersaing ketat dengan raksasa penerbangan murah lain di Asia, yaitu AirAsia milik Tony Fernandes asal Malaysia. Buat menghadapi persaingan tersebut, Kusnan dan Rusdi tidak tanggung-tanggung membeli 230 unit pesawat produksi Boeing. Bahkan, penandatanganan pembelian disaksikan langsung oleh Presiden Amerika Barack Obama.

Selain mengelola maskapai, mereka juga menyewakan beberapa jet pribadi. Keduanya tahun depan berencana meresmikan maskapai penerbangan premium anyar Batik Air yang targetnya menyasar orang kaya dan turis asing berkocek tebal.

34. AKSA MAHMUD

Muhammad Aksa Mahmud adalah pemilik Bosowa dan pendiri Grup Bosowa. Ia diketahui menjual 23 persen sahamnya di PT Nusantara Infrastructure Tbk kepada Peter Sondakh awal tahun ini.

Dari dana tersebut, Aksa membangun pabrik semen kedua di Maros, Sulawesi Selatan. Ia juga tengah menggarap agribisnis, termasuk 100 ribu hektare sawah di Papua.

Tentunya, lini bisnis Grup Bosowa atau Bosowa Corporation kian menggemuk dan berkembang. Kini, Grup Bosowa dipimpin oleh sang penerus, Erwin Aksa. Di tangan Erwin, Grup Bosowa kian solid, terintegrasi, dan menggurita.

Grup Bosowa kini menggarap bisnis semen, sumber daya alam, jasa keuangan, asuransi, pembiayaan, perbankan, infrastruktur, otomotif sampai jasa transportasi.

Berikut sejumlah lini bisnis Grup Bosowa, dikutip dari situs resmi bosowa.co.id:

1. Semen: PT Semen Bosowa Maros dan PT Semen Bosowa Batam.
2. Keuangan: PT Asuransi Bosowa Periskop dan PT Bosowa Multifinance.
3. Otomotif: Bosowa memegang hak eksklusif bagi penjualan, distribusi, dan pelayanan merek-merek otomotif terkenal lewat bendera PT Bosowa Berlian Motor, PT Gowa Dinasti Motor, PT Timur Permai, dan PT Proton Edar Sadira.
4. Jasa transportasi: Bosowa menggarap bisnis taksi dan rental kendaraan lewat bendera PT Bosowa Utama (Makassar), PT Merpati Wahana Taksi (Surabaya), dan PT Oto Rental Nusantara.
5. Infrastruktur: PT Nusantara Infrastructure Tbk (berkode saham META).
6. Properti: PT Indah Bumi Bosowa, PT Tuju Wali Wali, dan sejumlah hotel, sekolah, serta rumah sakit.
7. Sumber daya alam: PT Bosowa Mining, PT Bosowa Resources.

35. PRAJOGO PANGESTU

Prayogo Pangestu adalah seorang pengusaha Indonesia. Taipan Per-kayu-an terbesar di Indonesia sebelum Krisis Ekonomi 1997. Bisnisnya berawal di akhir 70-an di Djajanti Timber Group dan membentuk Barito Pacific. Operasi pemotongan kayu nya sekarang jauh lebih kecil dari sebelumnya, tapi kekayaannya masih tertimbun di Tri Polyta Indonesia Tbk, produsen 'polypropylene' terbesar di Indonesia. 

36. ALEXANDER TEDJA

Alexander Tedja merupakan pemilik pusat perbelanjaan terbesar di Jawa Timur. Ia menempati posisi ke-36 dengan kekayaan US$790 juta atau Rp7,5 triliun. Alexander menggelembungkan pundi-pundinya dari megaproyek properti di Surabaya dan Jakarta melalui Pakuwon Group.

Beberapa proyek yang digarap perseroan, yang menjadi perusahaan publik melalui penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) tahun 1989, dengan nama PT Pakuwon Jati Tbk (kode saham PWON), itu antara lain, superblok Tunjungan City di Surabaya serta Gandaria City dan Kota Kasablanka di Jakarta.

Di Surabaya, siapa yang tak kenal dengan Alexander Tedja. Bermula ketika ia mendirikan perseroan pada 20 September 1982, dengan ia jeli melihat potensi sebidang tanah di Jalan Basuki Rahmat, Surabaya. Di kemudian hari, tanah tersebut ternyata bisa memberikan manfaat dan mendatangkan nilai komersial yang tinggi.

Proyek Plaza Tunjungan I yang mulai beroperasi 1986 merupakan batu loncatan untuk menapaki jalan panjang perusahaannya menjadi salah satu pemain properti berskala nasional. Pria yang saat ini berusia 67 tahun itu kemudian mengembangkan Plaza Tunjungan II dan Menara Mandiri pada 1991, serta kawasan hunian Pakuwon City pada 1994. Berbagai proyek Pakuwon turut mewarnai pembangunan kota Surabaya.

Pada 1996, Pakuwon menyelesaikan pembangunan dan memulai operasi proyek komersial Plaza Tunjungan III, serta Sheraton Surabaya Hotel dan Tower. Pada saat yang bersamaan, Kondominium Regensi, juga resmi beroperasi. Sehingga tercapailah cita-cita bapak dari empat anak, hasil pernikahannya dengan Melinda, tersebut dalam mewujudkan proyek superblok Tunjungan City.

Superblok tersebut merupakan proyek yang pertama kali ada di Indonesia. Superblok Tunjungan City juga semakin lengkap dengan hadirnya Plaza Tunjungan IV, yang beroperasi pada 2002.

Lima tahun berikutnya, saat ulang tahun perak, Pakuwon masuk Jakarta dengan mengakuisisi 83,3 persen saham PT Artisan Wahyu, pengembang superblok Gandaria City di Jakarta. Selain membangun superblok Gandaria City, perseroan kini mengembangkan proyek Kota Kasablanka.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghada, menilai kesuksesan Tunjungan Plaza, secara umum menjadi model pengembangan grup Pakuwon di Ibukota Jakarta.

Ia memperkirakan, proyek superblok Gandaria City dan Kota Kasablanka, berpotensi mendulang kocek yang menggiurkan bagi perseroan karena terletak di lokasi yang cukup baik.

"Kota Kasablanka mempunyai lokasi yang strategis, karena terletak di daerah perluasan Rasuna Said, Kuningan, yang masuk dalam kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) Jakarta," ujarnya kepada VIVAnews, Jumat 30 November 2012.

Pakuwon Jati, kata Ali, memiliki strategi yang tepat dalam memilih lokasi proyek-proyek properti. Perseroan tidak mengincar lahan atau tanah di kawasan CBD Jakarta, yang harganya terbilang fantastis. Mereka mencari lokasi, lebih ke posisi yang dekat dengan CBD, yang tentunya harga tanahnya masih murah.

"Dengan CBD yang padat, dengan sendirinya wilayah pengembangan properti akan melebar ke wilayah-wilayah terdekatnya, sehingga dapat menciptakan center of growth baru," kata Ali.

Mungkin, dia menambahkan, kecermatan dalam memilih lokasi dan strategi yang tepat membuat perseroan, termasuk Presiden Komisaris Pakuwon Jati, Alexander, berhasil meningkatkan kekayaannya dari tahun ke tahun. Bahkan berhasil mendorongnya masuk jajaran orang kaya baru di Indonesia.

"Saat ini, Pakuwon masih fokus pada proyek yang ada, tapi infonya sedang mencari lahan baru yang berpotensi menambah pendapatan perseroan," tuturnya.

Kekayaan Alexander Tedja sepertinya akan semakin meningkat, seiring adanya perkawinan anak-anaknya dengan raja-raja bisnis di Indonesia. Dia menikahkan putri keduanya, Irene Tedja, dengan Prjna Murdaya, yang merupakan anak orang terkaya ke-19 di Indonesia versi majalah Forbes, Murdaya Poo dan Siti Hartati Murdaya. 

37. HUSAIN DJOJONEGORO

Chu Kok Seng (Zhu Guosheng) atau Husain Djojonegoro dilahirkan di Semarang pada bulan November 1949. Dia menerima pendidikan dasar dan menengah di Medan dan Jakarta. Chu mulai berkerja sejak usia lima belas tahun sebagai seorang salesman.

Ayahnya, Chu Sam Yak dan pamannya, Chu Sok Sam , mendirikan usaha keluarga di Medan pada tahun 1948. Awalnya mereka berdagang berbagai barang seperti anggur tradisional . Dua tahun kemudian keluarga Chu ini menggandeng keluarga Lim untuk mendirikan NV Handel Maatschappij May Lian & Co, yang memproduksi anggur tradisional Cap Orang Tua di Semarang.

Perusahaan ini terus berkembang menjadi cikal bakal Grup Orang Tua dan ABC dimana kepemilikan keluarga Chu sebesar 42%. Di tahun 1959 , grup usaha ini mendirikan PT Everbright Battery Factory yang memproduksi batere ABC.

Di tahun 1968, Husain Djojonegoro menjadi direktur dari PT International Chemichal Industrial Co. Ltd., yang juga memproduksi batere ABC. Produk batere ABC ini menjadi merek populer di Indonesia.

Selain produk batere, Chu juga bergerak di bidang lain dalam produk-produk yang berhubungan dengan makanan seperti sirup, saus, juice yang menggunakan merek yang sama. Pabriknya terletak di Medan, Jakarta dan Surabaya. 

38. SUDHAMEK

Sudhamek AWS adalah Chief Executive Officer GarudaFood Group. Namanya masuk jajaran 40 orang terkaya di Indonesia versi majalah bisnis terkemuka dunia, Forbes, 2012.

Daftar Forbes itu disusun lewat ukuran kepemilikan saham, dan informasi keuangan keluarga, individu, bursa efek, analis, serta sumber lainnya. Sudhamek adalah nama baru di daftar itu. Sejumlah nama taipan Indonesia sudah tercantum sejak tahun lalu.

Dengan kekayaan US$760 juta, Sudhamek bertengger di posisi ke-38 dalam daftar Forbes. Dia kini adalah raja makanan ringan, di bawah bendera GarudaFood. Di tangannya, bisnis warisan ayahnya itu menghasilkan merek terkenal seperti Kacang Garuda, dan makanan ringan Gerry.

Dari hidup tertekan sejak masa kanak-kanak, Sudhamek memilih menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Babak baru hidupnya dimulai ketika dia pindah ke Salatiga, Jawa Tengah. Ke kota itulah Sudhamek merantau melanjutkan kuliah.

Ia masuk Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Dia mengaku, itu pilihan tak sengaja. Sudhamek kaget ketika nilai kuliahnya di fakultas ekonomi itu bagus. Ia mulai jatuh cinta pada ilmu ekonomi. Sudhamek merasa dirinya tak sebodoh yang ia bayangkan.

Pelan tapi pasti, Sudhamek berubah. Ia mulai mengembangkan diri.

Kepercayaan dirinya tumbuh. Dari Sudhamek cilik yang pemalu, ia menjadi mahasiswa gaul yang fasih berbicara di depan publik. Dia juga pecinta buku. Kata Sudhamek, buku adalah guru terbaiknya.

Kunci suksesnya pun sederhana. Dia percaya pada “will power”, semacam kekuatan kehendak untuk berbuat. Ia memang tak pernah menjadi murid terpandai. Namun, kata Sudhamek, karena kekuatan kehendak itu, dia bisa menyabet dua gelar sarjana sekaligus, untuk ilmu ekonomi dan hukum.“Will power” itu lalu menjadi sumber energi bagi Sudhamek.

Lulus kuliah, Sudhamek bekerja di PT Gudang Garam, Kediri. Belasan tahun ia belajar manajemen, dan kepemimpinan mengelola korporasi. Semua pelajaran itu rupanya sangat berguna ketika ia mengambil alih bisnis warisan ayahnya, PT Tudung, yang awalnya bergerak di bisnis tepung tapioka.

Di bawah Sudhamek, perusahaan yang dirintis sang ayah, Darmo Putro, itu berubah nama menjadi PT Tudung Putrajaya (TPJ). Bisnis intinya adalah kacang garing. Awalnya, TPJ menjual kacang garing tanpa merek. Namun mulai 1987, mereka menjual kacang produksinya dengan merek ‘Kacang Garing Garuda.’

Itulah cikal bakal GarudaFood. Kacang Garuda meledak di pasaran. Bisnis utama GarudaFood adalah kacang kulit oven (roasted peanut). Kesuksesan Kacang Garuda membuat GarudaFood berekspansi ke bisnis makanan lain: biskuit dan jeli. Inovasi dilakukan, sehingga produknya unggul dari para pesaing.

Ada untungnya bisnis makanan. Saat Indonesia digilas krisis moneter pada 1998, GarudaFood justru bertahan. Ini karena mereka menguasai 60-70 persen pangsa pasar. Bahkan , kini GarudaFood merambah pasar dunia.

Sudhamek, yang dulu anak kecil minder bernama aneh itu, kini meraih berbagai penghargaan. Antara lain Ernst & Young Indonesia Entrepreneur of The Year 2004, dan The Most Admired CEO 2004, 2005, 2006, 2007. 

39. HASYIM DJOJOHADIKUSUMO

Hasyim merupakan Lulusan Pomona College, Claremont University, California, Amerika Serikat, ia adalah putra bungsu dari begawan ekonomi Indonesia, Sumitro Djojohadikusumo dan Dora Sigar. Serta adik dari Prabowo Subianto.

Hashim Djojohadikusumo merupakan pemilik Tirtamas Group yang bergerak dalam bidang perbankan dan keuangan (Bank Papan Sejahtera, Bank Pelita, Bank Kredit Asia), perdagangan, industri semen (Semen Cibinong), perkebunan kelapa sawit, hingga industri petrokimia (Tuban Petrochemical Industry).

40. EDDY KUSNADI SARIAATMADJA

Eddy merupakan pemilik Elang Mahkota Teknologi selaku induk usaha PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) pemilik stasiun SCTV. Jumlah kekayaan Eddy mencapai US$ 730 juta dan membuatnya menempati posisi 40 orang terkaya di Indonesia.

Selain SCTV, Eddy juga telah memiliki saham Indosiar yang telah dibeli oleh SCMA dari Grup Salim tahun lalu.

=============
ulasan tersebut diatas tersebar luas dari http://www.topix.com/forum/world/indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar